Allah berfirman: “Jika setan benar-benar menggodamu dengan halus, berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)
Al-Hafidzh Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini mengajari kita bahwa ketika kita merasakan ada ajakan keburukan muncul di dalam diri kita, atau kita berada di tempat yang penuh godaan, maka kita mengucapkan kalimat Ta’awwudz. Yakni: A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). Atau kalimat semakna.
Nabi Yusuf ‘alaihissalam ketika digoda, beliau mengatakan “Ma’aadzallaah (aku berlindung kepada Allah), sebagaimana dalam QS. Yusuf: 23.
Pun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat dua orang yang bertengkar di hadapan beliau, lantas Rasulullah bersabda: “Jika ia berkata ‘A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim’, niscaya amarahnya akan mereda.” [HR. Al-Bukhari no. 6115]
Akan tetapi ada hal penting yang harus diperhatikan. Yaitu mestinya Ta’awwudz ini tidak sekadar dilafalkan dengan lisan. Namun harus dengan menghadirkan penghayatan hati ketika mengucapkannya. Jangan sampai lidah memohon perlindungan kepada Allah tetapi hati lalai.
Sebab itu, kalau kita perhatikan ayat ke-200 dari surat Al-A’raf di atas, kita akan menyadari hal yang unik. Setelah memerintahkan untuk mengucapkan Ta’awwudz, Allah katakan: “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ta’awwudz adalah ucapan. Sebetulnya cukup jika Allah menutup ayat dengan: “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar.”
Namun di sini Allah juga menambahkan “lagi Maha Mengetahui.” Seolah ini isyarat bahwa sebetulnya Ta’awwudz yang diperintahkan adalah Ta’awwudz yang tidak semata suara lisan yang bisa “didengar”, namun juga diiringi ‘suara’ hati yang tidak “didengar” namun “diketahui”.
Al-Imam Ar-Razi katakan: “Firman Allah ‘Innahuu Samii’un ‘Aliim’ menunjukkan bahwa Ta’awwudz dengan lisan tidak berfaidah kecuali jika pemaknaan dari Ta’awwudz itu turut dihadirkan dalam hati. Seolah-olah Allah berfirman: ‘Ucapkanlah lafal Ta’awwudz dengan lisanmu, sebab Aku mendengarnya dan hadirkanlah makna Ta’awwudz dalam akal dan hatimu sebab Aku mengetahui isi hatimu.’”
Jeddah, 7 Rabiulakhir 1443
Nur Fajri Romadhon
_____
Rujukan:
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-7-al-araf/ayat-200#
Ar-Razi: At-Tafsiir Al-Kabiir (XV/103)
Last modified on 4 October 2022 at 04:13 WIB (GMT + 7)